Karya ; Hartoyo Andangdjaja, 1973
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
dari manakah mereka?
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta api terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,
ke manakah mereka?
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta,
siapakah mereka?
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja,
perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Analisis Puisi ”Perempuan-Perempuan Perkasa”
a. Tema puisi
Tema dari puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaja di atas adalah ”kisah perjuangan”.
Tokoh utama dari puisi di atas adalah para ibu-ibu desa yang bekerja mulai dari dini hari. Mereka terus bekerja walau penat dan letih menghampiri. Mereka berangkat ke stasiun dengan berjalan kaki walau dalam keadaan gelap gulita. Mereka berlomba dengan waktu.
b. Pelambangan / simbol
Pelambangan terdiri dari 4 lambang, yaitu lambang benda, lambang warna, lambang bunyi dan lambang suasana. Tetapi pada puisi ini hanya terdapat 2 pelambangan saja, yaitu ;
1) simbol benda
sebelum peluit kereta api terjaga ; hari masih pagi atau dini hari
di atas roda-roda baja mereka berkendara ; para ibu-ibu berkendara kereta api untuk menuju pasar
berhati baja ; memiliki tekad kuat dan berpendirian teguh
akar-akar yang melata ; rel-rel kereta api yang ada disepanjang bukit
2) simbol suasana
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta ; menggambarkan para ibu-ibu yang menggendong bakul di pagi hari untuk dibawa ke pasar
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa ; menegaskan kereta api yang berjalan di atas rel menuju ke stasiun
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja ; menggambarkan ibu-ibu yang bekerja dimulai pada pagi hari
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota ; memberikan suasana ibu-ibu yang bangun cepat dan berangkat pagi-pagi sekali
Merebut hidup di pasar-pasar kota ; menegaskan perjuangan para ibu-ibu bekerja keras di pasar yang penuh persaingan dengan pedagang lain
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota ; menggambarkan jalur rel kereta yang dileawti kereta para ibu-ibu. Yang
Mereka cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa ; memperkuat suasana bahwa para ibu bekerja untuk kelurga mereka yang hidup di desa
c. Gaya bahasa / majas
Adapun gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini diantaranya :
1) Personifikasi
Sebelum peluit kereta api terjaga
Mereka berlomba dengan surya
Akar-akar yang melata
2) Metafora
roda-roda baja
akar-akar yang melata
3) Hiperbola
- Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
- Mereka ialah ibu-ibu berhati baja
- Merebut hidup di pasar-pasar kota
- Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
d. Rima
1) Pengulangan frasa pada baris atau antar baris :
Perempuan-perempuan
bukit-bukit
roda-roda
pasar-pasar
ibu-ibu
akar-akar
2) Perpaduan bunyi konsonan /k/, /b/, /d/ dengan vokal /a/, /e/, /i/ ;
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
3) Perpaduan bunyi konsonan / d/, /j/ dengan vokal /a/, / o/
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
e. Ritma
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
f. Kata konkrit
Sebelum peluit kereta api terjaga ; memperkonkrit bahwa stasiun yang belum ada aktivitas apa-apa
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja ; memperkonkrit bahwa belum ada kesibukan apa-apa dalam pasar
Di atas roda-roda baja mereka berkendara ; memperkonkrit bahwa para ibu perkasa berangkat kepasar dengan kereta
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja ; memperkonkrit bahwa para ibu-ibu memiliki tekat kuat dan berpendirian teguh
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota ; memperkonkrit bahwa ibu-ibu itu pergi ke kota untuk bekerja memiliki semangat bekerja yang besar
g. Pencitraan
1) Imaji Visual
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta
2) Imaji Auditif
sebelum peluit kereta api terjaga
3) Imaji taktil
sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kota
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja,
Mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
perempuan-perempuan perkasa
h. Letak keindahan puisi
Letak keindahan dari puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Andangdjaja di atas adalah ;
1) Puisi merupakan salah satu karya terbaik dari Hartoyo Andangdjaja
2) Pilihan kata yang dipakai sederhana dan menggunakan kata-kata kiasan yang mudah dipahami
3) Kata-kata yang digunakan mempertajam imajinas
4) Kisah yang terkandung di dalamnya dapat mengajarkan kepada kita seberapa besar perjuangan ibu-ibu kita dalam hidup kita
5) Dalam pembacaan puisi ini dapat digunakan penekanan yang tegas
6) Simbol, gaya, rima, ritme yang digunakan sangat sederhana tapi menyatu satu sama lainnya sehingga menghasilkan puisi yang indah
7) Puisi ini sangat dramatis sehingga cocok digunakan untuklomba puisi terutama untuk tingkat sekolah dasar
terimakasih
BalasHapusterima kasih, ini sangat bermanfaat..
BalasHapusthanks ya
BalasHapusbray
thanks, very useful..
BalasHapusTerimakasih banget kak bantuannya ya😇
BalasHapusThanks
BalasHapusAlhamdulillah... Terima kasih membantu banget..
BalasHapusXD
makasih kak
BalasHapusKak mau nanya "mengapa penyair memilih kata melata"
BalasHapusYa benar
Hapusagak gk paham saya
BalasHapusGila kali ko
BalasHapusBabi ajg ko
BalasHapusBabi njing
BalasHapusThanks
BalasHapusGg
BalasHapus